Selasa, 01 Februari 2011

penelitian kawasan malioboro (B.Ind2010)

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Nama Malioboro merupakan penyesuaian lidah Inggris ke lidah Jawa dari nama Benteng Malborough. Penamaan ‘Malioboro’ ini diadopsi dari nama seseorang anggota kolonial Inggris yang pernah menduduki Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1811 – 1816 Masehi yakni  Herzog Von Malborough. Kawasan malioboro yang  terletak di pusat kota wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki sejuta sejarah dan memiliki sejuta nilai estetika kebudayaan. Sejak sekitar tahun 1916, kawasan Malioboro sebelah selatan dikenal sebagai pemukiman Pecinan, yang ditandai dengan rumah-rumah toko yang menjual barang-barang kelontong, emas dan pakaian.
Tempat ini tepatnya terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta dan masih kepunyaan keluarga Kraton Yogyakarta Hadiningrat.Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti “karangan bunga” menjadi dasar penamaan jalan tersebut.Jalan di kawasan malioboro yang dulunya sangat sempit dengan panjang hanya dua kilometer menjadi saksi perjuangan saat Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948, juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) dengan pimpinan seniman Umbul Randu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990. 
Malioboro mempunyai nilai kosmologi. Yang dimaksud  nilai kosmologi Malioboro adalah posisinya dalam perspektif dunia kosmologi Jawa. Bentangan garis di antara Gunung Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak, dan Samudera Indonesia dipercaya masyarakat Jawa sebagai “sumbu magis yang mencerminkan perjalanan hidup manusia dari kelahiran sampai kematian”. Fungsi Malioboro sendiri –yang terletak dalam garis itu, menjelang Kraton—merupakan “penanda garis yang menghubungkan antara fase kehidupan manusia yang telah mencapai posisi duniawi”. 
Nuansa  malioboro yang sangat nyaman dan kental akan nilai – nilai kebudayaan dan sejarahnya di tahun 70-an tak dapat kita rasakan lagi mulai era 2000-an.  Pedagang – pedagang kaki lima, penjual kios – kios, mol-mol, hotel- hotel berbintang bahkan pedagang emperan telah memadati sepanjang kawasan Malioboro. Tempat ini bukan lagi tempat mencari kenyamanan yang bisa menumbuhkan inspirasi kebudayaan melainkan menjadi  pusat perbelanjaan dan pusat para pedagang mencari rejeki untuk melanjutkan hidup mereka. Di mana letak estetika kota budaya ini jika kěsěmrawutan itu dibiarkan begitu saja adanya. Kekurangan ini dapat menciptakan gambaran atau image buruk terhadap kota budaya ini.
Diharapkan adanya perubahan terhadap sistem pengelolaan kawasan malioboro yang dipakai para pedagang tanpa aturan sebagai tempat mencari mata pencaharian dan dengan menertibkan para pedagang emperan yang memadati lorong teras tempat pengunjung berjalan, menertibkan lahan parkir yang tak beraturan akan mengurangi dampak dari kemacetan kawasan malioboro.
B.   Identifikasi Masalah
1.    Asal mula bangunan bersejarah
2.    Pengalihan fungsi bangunan bersejarah

C.   Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti akan pengalihan fungsi bangunan bersejarah malioboro.

D.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dapat disimpulkan rumusan masalah, yaitu :
1.    Bagaimana asal mula Malioboro sebagai bangunan bersejarah ?
2.    Mengapa malioboro sebagai bangunan bersejarah dapat beralih fungsi ?

E.   Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.    Mengkaji Malioboro sebagai bangunan tua bersejarah
2.     Mengkaji Malioboro sebagai bangunan bersejarah yang beralih fungsi.

F.    Manfaat Penelitian
1.    Dapat mengetahui asal mula Malioboro secara luas sebagai bangunan bersejarah
2.    Dapat mengetahui sebab dan akibat pengalihan fungsi dari bangunan bersejarah Malioboro.















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Sejarah Malioboro
Malioboro adalah jantung kota Jogjakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Malioboro didirikan oleh para pedagang dari cina. Nama Malioboro diambil dari nama seorang Duke Inggris yaitu Marlborough yang pada menduduki kota jogjakarta dari tahun 1811 M hingga 1816 M.
Sejak zaman dulu, Malioboro telah menjadi pusat kota dan pemerintahan. Berbagai gedung sejarah menjadi saksi perjalanan Malioboro dari sebuah jalanan biasa hingga menjadi salah satu titik terpenting dalam sejarah Jogjakarta.
Diantaranya adalah Gedung agung yang didirikan pada tahun 1823M dan merupakan rumah Residen Belanda pada saat itu, Benteng Vredeburg yang merupakan benteng peninggalan Belanda yang didirkan pada tahun 1765M yang kini menjadi museum, Pasar Beringharjo yang merupakan salah satu pasar terbesar di Jogjakarta hingga kini, dan Hotel Garuda yang menjadi tempat para pembesar dan Jendral-Jendral Belanda pada masa itu menginap dan berkumpul selama berada di Jogjakarta. Hingga kini, bentuk bangunannya masih menyisakan berbagai potert kenangan dari kejayaannya pada masa dahulu. Dan masih banyak gedung bersejarah lainnya.


B.   Malioboro Surga Belanja dan Apresiasi Seni
Hingga saat ini, Malioboro tetap memiliki kharisma yang kuat sebagai sebuah tempat yang selalu menjadi pusat perhatian setiap wisatawan yang datang ke Jogja. Baik itu Wisatawan lokal mapun wisatawan mancanegara, hampir tidak pernah absent untuk berkunjung ke Malioboro setiap kali datang ke kota yang terkenal sebagai kota Pelajar dan kota Budaya ini.
Malioboro tidak hanya menjadi surga bagi para penggila belanja yang dapat berburu oleh-oleh khas dan menarik dengan harga yang murah, sepanjang Jalanan Malioboro juga menyuguhkan cerita yang menarik dari setiap sudut gangnya yang memiliki kekhas-an tersendiri.
Tidak hanya itu, ketika malam hari tiba Malioboro juga menjadi surga bagi para seniman jalanan yang berburu kepingan rupiah di sepanjang jalanan Malioboro yang di penuhi oleh warung-warung lesehan dan angkringan yang menjadi tongkrongan wisatawan ataupun pribumi yang acap kali memesan kopi panas atau teh hangat sebagai suguhan di kala menikmati suasana malam Malioboro sembari mengobrol yang sesekali diselingi tawa canda bersama sahabat ataupun teman yang baru di jumpainya.
Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.


C.   Jalur Kosmologi (Imaginer)
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
Hubungan magis dan historis Gunung Merapi dengan Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kemudian menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) setelah bergabung dengan Republik Indonesia itu diwakili dengan kehadiran Mbah Maridjan.
Pria 83 tahun yang ditemukan wafat dalam posisi sujud di dapur kediamannya pada Rabu (27/10) sekitar pukul 05.00 itu menjadi juru kunci Gunung Merapi. Posisinya itu didapatkan berdasarkan amanah yang dia terima dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, ayahanda Sultan Hamengkubuwono X yang kini memegang tampuk Keraton Yogyakarta dan DIY. Diapun mendapat gelar Mas Penewu Surakso Hargo.
Gunung Merapi dipercaya sebagai pusatnya kerajaan mahluk ghaib di Tanah Jawa. Penempatan Juru Kunci itu dipercaya sebagai perutusan untuk menjaga harmoni hubungan antara kerajaan ghaib dan kerajaan manusia (Jawa). Antara manusia dan alam semesta.
Secara periodik, sang juru kunci memimpin upacara adat atau ritual tradisional di puncak atau lereng Merapi. Ritual itu biasanya diadakan bersamaan dengan peringatan pengukuhan Sultan Yogyakarta.
Bagi masyarakat Jawa, terutama Jawa kuno, Gunung Merapi, Laut Selatan dan Keraton Yogyakarta mengandung pemahaman kosmologi tersendiri. Dalam kosmologi Jawa, kehidupan di dunia merupakan sebuah harmoni antara mikrokosmos (jagat cilik) dan makrokosmos (jagat gede).
Keharmonisan itu harus dijaga satu sama lain, tidak boleh terjadi ketimpangan. Gunung Merapi dan Laut Selatan dipercaya sebagai pusat kedudukan mikrokosmos itu. Sedangkan Keraton merupakan pusat makrokosmos.
Merapi di utara dipercaya sebagai pusat raja jin dan Samudra Indonesia di selatan diyakini sebagai pusat tahta Ratu Kidul. Itulah mengapa penghuni Keraton selalu melakukan upacara labuhan di Merapi dan Laut Selatan. Di sinilah peran Mbah Maridjan sebagai juru kunci Merapi memegang peranan penting.
Bagi Keraton Yogyakarta, Merapi menjadi simbol kosmologis yang membentuk poros sakral Utara-Selatan. Puncak Merapi sebagai poros Utara yang kemudian ke Laut Selatan melintasi Monumen Tugu di dekat Stasiun Kereta Api terus sepanjang Jalan Malioboro. Fungsi Malioboro sendiri yang terletak dalam garis itu merupakan “ penanda garis yang menghubungkan antara fase kehidupan manusia yang telah mencapai posisi duniawi “.
Dari jalan yang kesohor itu, garis kosmik Poros Utara-Selatan itu membentang ke Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta menuju Alun-Alun Selatan. Selanjutnya, garis itu melintas ke Bantul sebelum akhirnya menuju Laut Selatan yang dalam masyarakat Jawa diyakini di bawah kekuasaan Nyi Roro Kidul. Konon, penguasa Laut Kidul itu menjadi selir setiap Sultan Yogyakarta.


D.   Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun tahun 1765 oleh VOC di Yogyakarta selama masa kolonial VOC. Gedung bersejarah ini terletak di depan Gedung Agung (satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia) dan Istana Sultan Yogyakarta Hadiningrat yang dinamakan Kraton. Benteng ini dibangun oleh VOC sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kala itu. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang masih bisa terlihat sampai sekarang.
Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau di keempat sudutnya. Di masa lalu, tentara VOC dan juga Belanda sering berpatroli mengelilingi dindingnya.
Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia.

E.   Hipotesis Penelitian
Malioboro didirikan oleh para pedagang dari cina. Nama Malioboro diambil dari nama seorang Duke Inggris yaitu Marlborough yang pada menduduki kota jogjakarta dari tahun 1811 M hingga 1816 M. Malioboro telah menjadi pusat kota dan pemerintahan. Berbagai gedung sejarah menjadi saksi perjalanan Malioboro dari sebuah jalanan biasa hingga menjadi salah satu titik terpenting dalam sejarah Jogjakarta.
Hingga sekarang malioboro masih menjadi pusat kota yang menjadi surga belanja dan tempat untuk mengapresiasikan seni para seniman. Malioboro juga memiliki jalur khusus yang disebut jalur  kosmologi atau Imaginer yang membentang lurus dari gunung merapi, tugu, malioboro, kraton, krapyak, samudra Indonesia yang memiliki nilai-nilai kepercayaan tersendiri.





BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di sekitar Jl.Malioboro, Benteng Vredeburg, dan SMA N 1 Sewon Jl Parangtritis Km.5.
 2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian selama 2 minggu dari tanggal 1 November 2010 sampai 15 November 2010 yang terdiri dari persiapan, studi pustaka, dan pelaporan.

B.   Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini ada 5 orang respon yang diambil dari seorang tukang becak, seorang tukang parkir, seorang warga di daerah Malioboro, seorang pedagang diemperan (perko) Malioboro, seorang guru sejarah, dan seorang pelajar.

C.   Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data melalui wawancara dan studi pustaka. Untuk mendukung data, dilakukan dengan dokumentasi berupa foto-foto selama kegiatan.
D.   Desain Penelitian
Desain penelitian dilakukan dengan cara wawancara dari berbagai narasumber dan studi pustaka.
1.    Wawancara Kepada Narasumber
Alat :
a.    Kertas angket
b.    Buku
c.    Alat tulis
d.    Laptop
e.    Kamera digital
f.     Daftar pertanyaan
Cara :
1.    Siapkan angket yang berisi data narasumber dan jawaban dari narasumber.
2.    Siapkan buku,alat tulis, laptop, dan kamera digital untuk mendukung proses wawancara.
3.    Siapkan daftar pertanyaan untuk narasumber.
4.    Lakukan wawancara terhadap narasumber.
5.    Tulis hasil wawancara.


E. Metode Analisis Data
Agar dapat mengetahui bagaimana perkembangan, sejarah, dan pengalihan fungsi Malioboro kami melakukan wawancara kepada terhadap narasumber dari berbagai kalangan dan studi pustaka.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari serangkain penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil serta pembahasan sebagai berikut:
A.   Asal mula Malioboro
Malioboro adalah jantung dari kota Jogjakarta. Nama Malioboro diambil dari nama seorang Duke Inggris yaitu Herzog Von Malborough yang menduduki kota jogjakarta dari tahun 1811M hingga 1816M.
Sejak sekitar tahun 1916, kawasan Malioboro sebelah selatan dikenal sebagai pemukiman Pecinan atau rumah-rumah orang keturunan Cina, yang ditandai dengan rumah-rumah toko yang menjual barang-barang kelontong, emas dan pakaian. Karena orang cina identik dengan teknik berdagangnya.
Dan mulai pada tahun 1926 didirikan pusat perdaganan yaitu Pasar Gedhe atau sekarang lebih dikenal dengan Pasar Beringharjo. Kemudian pada tahun 1987 pemukiman Pecinan meluas hingga daerah tugu.
Sebelum berdirinya malioboro telah terbangun gedung dan benteng yaitu Gedung agung yang didirikan pada tahun 1823M yang merupakan rumah Residen Belanda pada saat itu. Dan benteng bernama Benteng Vredeburg dibangun tahun 1765 oleh VOC di Yogyakarta selama masa kolonial VOC yang digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kala itu. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang masih bisa terlihat sampai sekarang.
Hingga saat ini, Malioboro tetap memiliki kharisma yang kuat sebagai sebuah tempat yang selalu menjadi pusat perhatian setiap wisatawan yang datang ke Jogja.

B.   Pengalihan fungsi bangunan malioboro
Seperti halnya Gedung agung yang lebih dahulu didirikan yang dahulu sebagai rumah residenan Belanda sekarang berganti alih menjadi istana kepresidenan dan Benteng Vredeburg yang dulu sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kini menjadi sebuah museum yang dijaga keberadaanya sebagai sumber sejarah masa kini.
Kenyataan seperti itu juga terjadi di sepanjang kawasan Malioboro. Malioboro yang dulu berfungsi sebagai tempat untuk mencari ketenangan, kedamaian dan kenyamanan kini beralih fungsi menjadi tempat yang tak pernah sepi dan penuh sasak.
Malioboro yang dulu tenang belum banyak kendaraan-kendaraan dan selalu digunakan oleh seniman-seniman kita sebagai tempat untuk mengapresiasikan hobi mereka sekarang hanyalah menjadi sebuah sektor ekonomi perdaganan untuk mencari keuntungan.
Pengalihan fungsi daripada bangunan Malioboro sendiri terlihat sangat signifikan sejak era 2000-an. Kawasan Malioboro mulai dibanguni hotel-hotel berbintang dan pusat-pusat perbelanjaan. Kejadian seprti itu membuat malioboro yang tenang kini menjadi semerawut tak karuan.
Tetapi perubahan tersebut menimbulkan beberapa pendapat masyarakat. Dari sisi negatifnya sangat jelas Malioboro hanya menjadi sebuah tempat di jantung kota Jogjakarta yang terkenal dengan pusat perbelanjaannya bukan karena sejarah yang terkandung dalam nama Malioboro, Malioboro yang dulunya tempat tenang kini menjadi sumber kesibukan di tambah lagi saat kita melintas di sekitar Malioboroakan tercium bau yang tidak sedap.
Tetapi jika dilihat dari sisi positifnya Jogjakarta menjadi kota tujuan pariwisata yang tak pernah sepi pengunjung karena kesohoran nama Malioboro yang sudah memasuki dunia manca.










BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Malioboro adalah jantung dari kota Jogjakarta. Nama Malioboro diambil dari nama seorang Duke Inggris yaitu Herzog Von Malborough yang menduduki kota jogjakarta dari tahun 1811M hingga 1816M.
Malioboro yang dahulu digunakan sebagai tempat mencari ketenangan dan kenyamanan kini beralih fungsi sebagai tempat pariwisata yang terkenal hingga dunia mancanegara.
Keberalihan fungsi Malioboro dimulai pada era 2000-an. Saat dimana seluruh bangunan dikawasan malioboro disulap menjadi kompleks pusat perbelanjaan, hotel-hotel berbintang dangedung-gedung tinggi.
Pengalihan fungsi banguanan tersebut menimbulkan beberapa pendapat. Dari sisi negatifnya sangat jelas Malioboro hanya menjadi sebuah tempat di jantung kota Jogjakarta yang terkenal dengan pusat perbelanjaannya bukan karena sejarah yang terkandung dalam nama Malioboro, Malioboro yang dulunya tempat tenang kini menjadi sumber kesibukan di tambah lagi saat kita melintas di sekitar Malioboroakan tercium bau yang tidak sedap.
Tetapi jika dilihat dari sisi positifnya Jogjakarta menjadi kota tujuan pariwisata yang tak pernah sepi pengunjung karena kesohoran nama Malioboro yang sudah memasuki dunia manca.

B.   Saran
1.    Perlu diadakannya penataan ulang kawasan Malioboro
2.    Perlu dibuatnya petugas kebersihan yang lebih bagus agar kebersihan daerah Malioboro terjaga
3.    Perlu adanya perubahan tempat-tempat parkir yang tertib agar tidak terlihat semerawut
4.    Penertiban pedagang-pedagang emperan toko
DAFTAR PUSTAKA

5.    http//id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg


1 komentar: